Senam wisata
yang berlangsung pada Tanggal 10 Juni 2012 dalam rangka menyambut Visit Kabupaten Malang Year 2013 kembali digelar
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. Kegiatan kali ke-4
ini digelar di salah satu obyek wisata yang ada di Kecamatan Tumpang,
tepatnya di Candi Jajaghu atau yang lebih dikenal dengan Candi Jago
berlangsung cukup marak.
Usai senam pagi di halaman luar candi atau jalan yang menuju ke arah timur Dusun Jago, seluruh peserta senam wisata disuguhi sendra tari dari Padepokan Mangun Dharmo Desa Tulusbesar pimpinan Pak Soleh yang mengambil judul Kunjoro Karno. Cerita tersebut diangkat dari salah satu rilief yang ada di candi Jago.
Hadir dalam
kesempatan tersebut Wakil Bupati Malang, H. Achmad Subhan yang
didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, Dr. Abdul Malik, Msi
serta jajaran Kepala SKPD dan karyawan/karyawati Pemerintah Kabupaten
Malang. Dalam sambutannya, Wakil Bupati Malang menyambut baik kegiatan
ini. “ Karena dengan senam bersama di obyek wisata seperti hari ini,
maka akan bisa memperkenalkan obyek wisata yang ada. Banyak sekali obyek
wisata yang ada di Kabupaten Malang. Saya
berharap agar Dinas terkait dan juga seluruh masyarakat terus berinovasi
untuk memasarkan potensi wisata yang kita miliki ini. Prespektif
betul-betul di pasarkan sehingga bisa di kenal di daerah lain. Seperti
apa obyek wisata di Kabupaten Malang ini.”
Sebelum
menikmati pagelaran sendra tari, Wakil Bupati Malang yang didampingi
Suryadi, juru kunci Candi Jago menyempatkan diri berkeliling melihat
dari dekat keberadaan Candi Jago. Sambil mendengarkan penjelasan
mengenai setiap rilief yang terpahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas candi.
Candi Jago atau yang dikenal dengan nama Jajaghu adalah makam Wisnuwardhana ( Ronggolawe ).
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak.
Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m.
Bangunan Candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi; yang tertinggal pada
Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi. Badan
candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan
badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan
candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada
dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda.
Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita
Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma,
serta cerita fabel. Untuk mengikuti urutan cerita relief Candi Jago kita
berjalan mengelilingi candi searah putaran jarum jam (pradaksiana).
Pada sudut kiri candi (barat laut) terlukis awal cerita binatang
seperti halnya cerita Tantri. Cerita ini terdiri dari beberapa panel.
Sedangkan pada dinding depan candi terdapat fabel, yaitu kura-kura. Ada
dua kura-kura yang diterbangkan oleh seekor angsa dengan cara kura-kura
tadi menggigit setangkai kayu. Di tengah perjalanan kura-kura
ditertawakan oleh segerombolan serigala. Mereka mendengar dan kura-kura
membalas dengan kata-kata (berucap), sehingga terbukalah mulutnya. Ia
terjatuh karena terlepas dari gigitan kayunya. Kura-kura menjadi makanan
serigala. Maknanya kurang lebih memberikan nasihat, janganlah mundur
dalam usaha atau pekerjaan hanya karena hinaan orang.
Pada sudut timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang
meriwayatkan Yaksa Kunjarakarna. Ia pergi kepada dewa tertinggi, yaitu
Sang Wairocana untuk mempelajari ajaran Buddha.
Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, pembangunan Candi Jago
berlangsung sejak tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M, sebagai
penghormatan bagi Raja Singasari ke-4, yaitu Sri Jaya Wisnuwardhana.
Walaupun dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Singasari, disebut
dalam kedua kitab tersebut bahwa Candi Jago selama tahun 1359 M
merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari
Kerajaan Majapahit. Keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singasari
terlihat juga dari pahatan padma (teratai), yang menjulur ke atas dari
bonggolnya, yang menghiasi tatakan arca-arcanya. Motif teratai semacam
itu sangat populer pada masa Kerajaan Singasari. Yang perlu dicermati
dalam sejarah candi adalah adanya kebiasaan raja-raja zaman dahulu
untuk memugar candi-candi yang didirikan oleh raja-raja sebelumnya.
Diduga Candi Jago juga telah mengalami pemugaran pada tahun 1343 M atas
perintah Raja Adityawarman dari Melayu yang masih memiliki hubungan
darah dengan Raja Hayam Wuruk.
Dengan semangat Visit Kabupaten Malang Year 2013, ayo kita jaga dan lestarikan aset-aset wisata yang ada di Kabupaten Malang.